NPM : 112-14-526
Kelas : 3EA30
Subject : ETIKA BISNIS
ETIKA BISNIS
Pengertian etika
Etika
berasal dari bahasa Yunani kuno, yang dalam bentuk tunggal etika, yaitu ethoss
edangkan bentuk jamaknya, yaitu ta etha. Ethos mempunyai
banyak arti, yaitu tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang,
kebiasaan/adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan
arti ta etha yaitu adat kebiasaan. Kata ‘etika’ dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000), mempunyai
arti :
1.
Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan
tentang hak dan kewajiban moral (akhlak);
2.
Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
3.
Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu
golongan atau masyarakat.
Etika mencakup analisis
dan penerapan konsep seperti benar,salah, baik, buruk,
dan tanggung jawab.
·
Etika bisnis adalah suatu pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan
dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku
secara universal (Muslich, 2004:9).
Etika bisnis merupakan aturan tidak tertulis mengenai cara menjalankan bisnis
secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku dan tidak tergantung pada
kedudukan individu atau-pun perusahaan di masyarakat.
·
Velasques (2002),
etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan
salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam
kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis
·
Hill dan Jones (1998) menyatakan
bahwa etika bisnis merupakan suatu ajaran untuk membedakan antara salah dan
benar guna memberikan pembekalan kepada setiap pemimpin perusahaan ketika
mempertimbangkan untuk mengambil keputusan strategis yang terkait dengan
masalah moral yang kompleks. Lebih jauh ia mengatakan, “Most of us already have
a good sense of what is right and what is wrong. We already know that is wrong
to take action that put the lives other risk” ("Sebagian besar dari kita
sudah memiliki rasa yang baik dari apa yang benar dan apa yang salah. Kita
sudah tahu bahwa salah satu untuk mengambil tindakan yang menempatkan risiko
kehidupan yang lain.")
·
Steade et al (1984: 701) dalam
bukunya ”Business, Its Natura and Environment An Introduction” memberi batasan
yakni, ”business ethics is ethical standards that concern both the ends and
means of business decision making” (“Etika bisnis adalah standar etika yang
berkaitan dengan tujuan dan cara membuat keputusan bisnis.
·
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur
oleh hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar
minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan
wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum (Bertens, 2000).
·
Etika bisnis terkait dengan masalah penilaian terhadap
kegiatan dan perilaku bisnis yang mengacu pada kebenaran atau kejujuran
berusaha (Sumarni, 1998:21). Etika
bisnis merupakan pengetahuan pedagang tentang tata cara pengaturan dan
pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas melalui penciptaan
barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan memperoleh keuntungan
melalui transaksi.
·
Etika berasal dari istilah Yunani ethos yang mempunyai
arti adat-istiadat atau kebiasaan yang baik. Bertolak dari pengertian tersebut,
etika berkembang menjadi studytentang kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan
menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam
kehidupan manusia pada umumnya. Selain itu, etika juga berkembang menjadi study
tentang kebenaran dan ketidakbenaran berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan
melalui kehendak manusia (Sumaryono,
1995).
·
Etics atau etika memperhatikan atau mempertimbangkan
tingkah laku manusia dalam pengambilan keputusan moral. Etika mengarah atau
menghubungkan penggunaan akal budi individual dengan objektivitas untuk
menentukan kebenaran atau kesalahan dan tingkah laku seseorang terhadap orang
lain (Dr. James J. Spillane SJ, 2006).
·
Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentangbagaimana
dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu atau bagaimana kita
harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran
moral (Suseno, 1987).
Kesimpulan : Etika merupakan sebuah
hal yang berkaitan dengan nilai-nilai,kebiasaan/adat,
akhlak, watak, perasaan, sikap, cara berpikir. tatacara
hidup yang baik, aturan hidup yang baik dan segala kebiasaan yang dianut dan
diwariskan dari satu orang ke orang lain atau dari satu generasi ke generasi
yang lain.
Teori-teori etika :
1. Egoisme
Rachels (2004: 27)
memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme, yaitu egoisme
psikologis dan egoisme etis. Egoisme psikologis adalah suatu teori yang
menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat
diri. Egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri
sendiri. Yang membedakan tindakan berkutat diri (egoisme psikologis) dengan
tindakan untuk kepentingan diri (egoisme etis) adalah pada akibatnya terhadap
orang lain. Tindakan berkutat diri ditandai dengan ciri mengabaikan atau
merugikan kepentingan orang lain, sedangkan tindakan mementingkan diri tidak
selalu merugikan kepentingan orang lain.
2. Utilitarianisme
Utilitarianisme
berasal dari kata Latin utilis, kemudian menjadi kata
Inggris utility yang berarti bermanfaat (Bertens, 2000: 65).
Menurut teori ini, suatu tindakan dapat dikatan baik jika membawa manfaat bagi
sebanyak mungkin anggota masyarakat, atau dengan istilah yang sangat
terkenal “the greatest happiness of the greatest numbers”. Perbedaan
paham utilitarianisme dengan paham egoisme etis terletak pada siapa yang
memperoleh manfaat. Egoisme etis melihat dari sudut pandang kepentingan
individu, sedangkan paham utilitarianisme melihat dari sudut kepentingan orang
banyak (kepentingan bersama, kepentingan masyarakat).
Paham utilitarianisme dapat diringkas sebagai berikut :
1.
Tindakan harus dinilai benar atau salah hanya dari konsekuensinya (akibat,
tujuan atau hasilnya).
2.
Dalam mengukur akibat dari suatu tindakan, satu-satunya parameter yang
penting adalah jumlah kebahagiaan atau jumlah ketidakbahagiaan.
3.
Kesejahteraan setiap orang sama pentingnya.
3. Deontologi
Istilah deontologi
berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban. Menurut
Immanuel Kant (1734-1804 :23 ) kemauan baik harus dinilai baik pada dirinya
sendiri terlepas dari apapun juga. Paham deontologi mengatakan bahwa etis
tidaknya suatu tindakan tidak ada kaitannya sama sekali dengan tujuan,
konsekuensi atau akibat dari tindakan tersebut. Konsekuensi suatu tindakan
tidak boleh menjadi pertimbangan untuk menilai etis atau tidaknya suatu
tindakan. Suatu perbuatan tidak pernah menjadi baik karena hasilnya baik. Hasil
baik tidak pernah menjadi alasan untuk membenarkan suatu tindakan, melainkan
hanya kisah terkenal Robinhood yang merampok kekayaan orang-orang kaya dan
hasilnya dibagikan kepada rakyat miskin.
4. Teori Hak
Dalam pemikiran
moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang paling banyak
dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku.
Sebetulnya teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena hak
berkaitan dengan kewajiban. Malah bisa dikatakan, hak dan kewajiban bagaikan
dua sisi dari uang logam yang sama. Dalam teori etika dulu diberi tekanan
terbesar pada kewajiban, tapi sekarang kita mengalami keadaan sebaliknya,
karena sekarang segi hak paling banyak ditonjolkan. Biarpun teori hak ini
sebetulnya berakar dalam deontologi, namun sekarang ia mendapat suatu identitas
tersendiri dan karena itu pantas dibahas tersendiri pula. Hak didasarkan atas
martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu teori hak
sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis. Teori hak sekarang begitu populer,
karena dinilai cocok dengan penghargaan terhadap individu yang memiliki harkat
tersendiri. Karena itu manusia individual siapapun tidak pernah boleh
dikorbankan demi tercapainya suatu tujuan yang lain.
Menurut perumusan termasyur dari Immanuel Kant (1734-1804 : 73) : yang
sudah kita kenal sebagai orang yang meletakkan dasar filosofis untuk
deontologi, manusia merupakan suatu tujuan pada dirinya (an end in itself).
Karena itu manusia selalu harus dihormati sebagai suatu tujuan sendiri dan
tidak pernah boleh diperlakukan semata-mata sebagai sarana demi tercapainya
suatu tujuan lain.
5. Teori Keutamaan (Virtue Theory)
Dalam teori-teori
yang dibahas sebelumnya, baik buruknya perilaku manusia dipastikan berdasarkan
suatu prinsip atau norma. Dalam konteks utilitarisme, suatu perbuatan adalah
baik, jika membawa kesenangan sebesar-besarnya bagi jumlah orang terbanyak.
Dalam rangka deontologi, suatu perbuatan adalah baik, jika sesuai dengan
prinsip “jangan mencuri”, misalnya. Menurut teori hak, perbuatan adalah baik,
jika sesuai dengan hak manusia. Teori-teori ini semua didasarkan atas prinsip (rule-based).
Disamping teori-teori ini, mungkin lagi suatu pendekatan lain yang tidak
menyoroti perbuatan, tetapi memfokuskan pada seluruh manusia sebagai pelaku
moral. Teori tipe terakhir ini adalah teori keutamaan (virtue) yang
memandang sikap atau akhlak seseorang. Dalam etika dewasa ini terdapat minat
khusus untuk teori keutamaan sebagai reaksi atas teori-teori etika sebelumnya
yang terlalu berat sebelah dalam mengukur perbuatan dengan prinsip atau norma.
Namun demikian, dalam sejarah etika teori keutamaan tidak merupakan sesuatu
yang baru. Sebaliknya, teori ini mempunyai suatu tradisi lama yang sudah
dimulai pada waktu filsafat Yunani kuno.
Keutamaan bisa didefinisikan sebagai berikut : disposisi watak yang telah
diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara
moral. Kebijaksanaan, misalnya, merupakan suatu keutamaan yang membuat
seseorang mengambil keputusan tepat dalam setiap situasi. Keadilan adalah
keutamaan lain yang membuat seseorang selalu memberikan kepada sesama apa yang
menjadi haknya. Kerendahan hati adalah keutamaan yang membuat seseorang tidak
menonjolkan diri, sekalipun situasi mengizinkan. Suka bekerja keras adalah
keutamaan yang membuat seseorang mengatasi kecenderungan spontan untuk
bermalas-malasan. Ada banyak keutamaan semacam ini. Seseorang adalah orang yang
baik jika memiliki keutamaan. Hidup yang baik adalah hidup menurut keutamaan (virtuous
life).
Menurut pemikir Yunani Aristoteles (384-322 SM :74), hidup etis hanya
mungkin dalam polis. Manusia adalah “makhluk politik”, dalam arti tidak bisa
dilepaskan dari polis atau komunitasnya. Dalam etika bisnis, teori keutamaan
belum banyak dimanfaatkan. Solomon membedakan keutamaan untuk pelaku bisnis
individual dan keutamaan pada taraf perusahaan. Di samping itu ia berbicara
lagi tentang keadilan sebagai keutamaan paling mendasar di bidang bisnis.
Diantara keutamaan yang harus menandai pebisnis perorangan bisa disebut :
kejujuran, fairness, kepercayaan dan keuletan. Keempat keutamaan ini berkaitan
erat satu sama lain dan kadang-kadang malah ada tumpang tindih di antaranya.
Kejujuran secara umum diakui sebagai keutamaan pertama dan paling penting yang
harus dimiliki pelaku bisnis. Kejujuran menuntut adanya keterbukaan dan
kebenaran. Jika mitra bisnis ingin bertanya, pebisnis yang jujur selalu
bersedia memberi keterangan. Tetapi suasana keterbukaan itu tidak berarti si
pebisnis harus membuka segala kartunya. Sambil berbisnis, sering kita terlibat
dalam negosiasi kadang-kadang malah negosiasi yang cukup keras dan posisi
sesungguhnya atau titik tolak kita tidak perlu ditelanjangi bagi mitra bisnis.
Garis perbatasan antara kejujuran dan ketidakjujuran tidak selalu bisa ditarik
dengan tajam.
Ketiga keutamaan lain bisa dibicarakan dengan lebih singkat. Keutamaan
kedua adalah fairness. Fairness adalah kesediaan untuk memberikan
apa yang wajar kepada semua orang dan dengan “wajar” dimaksudkan apa yang bisa
disetujui oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu transaksi. Insider trading
adalah contoh mengenai cara berbisnis yang tidak fair. Dengan insider trading
dimaksudkan menjual atau membeli saham berdasarkan informasi “dari dalam” yang
tidak tersedia bagi umum. Bursa efek sebagai institusi justru mengandaikan
semua orang yang bergiat disini mempunyai pengetahuan yang sama tentang keadaan
perusahaan yang mereka jualbelikan sahamnya. Orang yang bergerak atas dasar
informasi dari sumber tidak umum (jadi rahasia) tidak berlaku fair.
Kepercayaan (trust) juga merupakan keutamaan yang penting dalan
konteks bisnis. Kepercayaan harus ditempatkan dalam relasi timbal balik. Ada
beberapa cara untuk mengamankan kepercayaan. Salah satu cara adalah memberi
garansi atau jaminan. Cara-cara itu bisa menunjang kepercayaan antara pebisnis,
tetapi hal itu hanya ada gunanya bila akhirnya kepercayaan melekat pada si
pebisnis itu sendiri.
6. Teori Etika Teonom
Sebagaimana dianut
oleh semua penganut agama di dunia bahwa ada tujuan akhir yang ingin dicapai
umat manusia selain tujuan yang bersifat duniawi, yaitu untuk memperoleh
kebahagiaan surgawi. Teori etika teonom dilandasi oleh filsafat risten, yang
mengatakan bahwa karakter moral manusia ditentukan secara hakiki oleh
kesesuaian hubungannya dengan kehendak Allah. Perilaku manusia secara moral
dianggap baik jika sepadan dengan kehendak Allah, dan perilaku manusia dianggap
tidak baik bila tidak mengikuti aturan/perintah Allah sebagaimana dituangkan
dalam kitab suci.
Sebagaimana teori etika yang memperkenalkan konsep kewajiban tak bersyarat
diperlukan untuk mencapai tujuan tertinggi yang bersifat mutlak. Kelemahan
teori etika Kant teletak pada pengabaian adanya tujuan mutlak, tujuan tertinggi
yang harus dicapai umat manusia, walaupun ia memperkenalkan etika kewajiban
mutlak. Moralitas dikatakan bersifat mutlak hanya bila moralitas itu dikatakan
dengan tujuan tertinggi umat manusia. Segala sesuatu yang bersifat mutlak tidak
dapat diperdebatkan dengan pendekatan rasional karena semua yang bersifat
mutlak melampaui tingkat kecerdasan rasional yang dimiliki manusia.
Kesimpulan
Etika bisnis islam adalah
merupakan hal yang penting dalam perjalanan sebuah aktivitas bisnis
profesional. Sebagaimana diungkapkan oleh Dr. Syahata, bahwa etika bisnis Islam
mempunyai fungsi substansial yang membekali para pelaku bisnis.
Prinsip ekonomi, menurut
para pebisnis dan para konglomerat adalah untuk mencari keuntungan yang
sebesar-besarnya tanpa menggunakan etika bisnis yang ada.
Panduan Rasulullah dalam
etika bisnis yang perlu diperhatikan dalam berbisnis :
1. Prinsip essensial dalam bisnis adalah
kejujuran
2. Kesadaran tentang signifikansi sosial
kegiatan bisnis
3. Tidak melakukan sumpah palsu
4. Ramah tamah
5. Tidak boleh berpura-pura menawar dengan
harga tinggi, agar orang lain tertarik membeli dengan harga tersebut.
Islam menawarkan
keterpaduan agama, ekonomi, dan sosial demi membentuk kesatuan. Atas dasar
pandangan ini pula maka etika dan bisnis menjadi terpadu, vertikal maupun
horisontal, membentuk suatu persamaan yang sangat penting dalam sistem Islam.
Realitasnya, para pelaku
bisnis sering tidak mengindahkan etika. Para pelaku bisnis yang sukses memegang
prinsip-prinsip bisnis yang tidak bermoral, misalnya maksimalisasi laba,
agresivitas, individualitas, semangat persaingan, dan manajemen konflik.
DAFTAR PUSTAKA
Bertens, K, 2000. Pengantar Etika Bisnis,Edisi Keenam, Yogyakarta: Kanisius.
A. Sonny Keraf, 1998. Etika Bisnis, Yogyakarta: Kanisius.
Agoes Sukrisno dan Ardana, I Centik,
2011. Etika Bisnis dan Profesi-Tantangan Membangun Manusia Seutuhnya,
Penerbit Salemba Empat Jakarta
Abdul Hakim, (2008), Dasar-dasar audit
laporan keuangan, Penerbit YKPN, Yogyakarta.